TOKOH, PEJUANG DAN PAHLAWAN DARI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

LETDA MOHAMMAD BOYA 
Diseluruh Riau dibentuk Barisan Pemuda Perjuangan (BPR) beranggotakan para pemuda Riau bekas Gyugun, Heiho, Kaigun dan Masyarakat.

Pemerintah pusat kemudian menginstruksikan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) beranggotakan para pemuda Riau bekas Gyugun, Heiho, Kaigun dan Masyarakat. Dan semua organisasi perjuangan yang ada harus bergabung dalam BKR. Koordinator BKR Riau adalah Hasan Basri yang terdiri dari tiga Batalyon, Yaitu Batalyon Pekanbaru (dibawah komano DI Panjaitan), Batalyon Bengkalis (Arifin Achad) dan Batalyon Indragiri (Thofa Hanafi).

Di Kewedanan Tembilahan kemudian dibentuk BKR Tembilahan pada tanggal 9 Oktober 1945. Para 29 anggota terdiri dari pemuda-pemuda bekas Heiho, Gyugun dan Kaygon yang dipimpin oleh Letda Mohammad Boya.

H. KHALIDI
Sosok H. Khalidi merupakan sosok legendaris Tekulai hilir yang berasal dari Habau, Kalua, Kalimantan Selatan. Beliau merupakan potret sejarah dikurun kehidupan yang memerlukan perjuangan keras. Ber’azam atau merantau itulah yang dilakukan anak dari pasangan H. Sulaiman dan Fulanah ini. Tentunya perjalanan hidupnya telah dibekali dengan ilmu agama yang ditempuhnya disekolah Non Formal. Ketika masih berada di Habau, beliau merupakan anak yang terampil dalam berbakti kepada orang tua. Sebagaimana layaknya anak lain didaerah Banjar, beliau tidak hanya mengkaji ilmu –ilmu agama, namun juga paham akan Cara-cara berkebun Kelapa dan mencari Ikan. Beliau juga dikenal dengan keramah tamahannya terhadap sesama teman, dan kesopanannya terhadap orang yang lebih tua dibanding beliau. Tercatat dalam sejarah, tidak sedikit orang-orang keturunan Banjar yang terkenal dalam bidang Keagamaan, siasat perang, kesenian, gemar berdagang, dan menyampaikan ilmu pengetahuan mereka kepada masyarakat diseluruh pelosok Nusantara. Beliau lahir ketika daerah banjar masih merupakan pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Beliau berjiwa yang taat dan Istiqamah serta tak mengenal takut dan gentar. Bermukim dan berkebun di Sapat, Kuala Indragiri tahun 1920.
H. Khalidi memulai perjalanannya dari negeri Banjar ke Indragiri. Beliau bermukim didaerah sapat. Di sapat beliau membuka kebun Kelapa yang merupakan ciri khas bagi masyarakat keturunan Banjar yang berada di Riau. Beliau mebuka beberapa Hektar kelapa tepatnya di parit 18 Sapat. Lebih kurang 10 tahun Beliau berada di Sapat baik bekerja maupaun mengajar beberapa ilmu ataupun bermudzakarah dengan ‘Ulama yan ada. Dalam membangun kebun Kelapa, banyak usaha gencar yang Ia lakukan seperti kebanyakan orang, beliau rajin membersihkan perkebunan, membuat sarana yang bersifat kebersamaan. Tahun 1920 kedatangan H.khalidi di Indragiri.
  
Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif yang mengabdikan diri di Kerajaan Indragiri. Semasa mudanya, Abdurrahman banyak menulis buku-buku agama, sejarah dan sastra. Ia dikenal dimana-mana bahkan sampai di Mekkah karena ia juga menjadi guru agama. Muridnya tersebar sampai ke Singapura, Malaysia dan Kalimantan.
Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad 'Afif dikenal sebagai Pujangga dan Sastrawan yang semasa hidupnya mengarang sejumlah buku sasta dan agama. Tuan guru Syekh Abdurrahman, demikian pangilan hormat beliau telah menulis karyanya berupa kumpulan puisi berjudul " Syair Ibarat Kabar Kiamat " yang diterbitkan oleh Ahmadiyah Press Singapura Tahun 1915.

          H. ABD. HAMID ABDULLAH
H. Abd. Hamid Abdullah terlahir di Amuntai Kalimantan Selatan 1912. Semasa kecil dibawa merantau oleh orangtuanya ke Indragiri Hilir.

Masa kecil dan Pendidikan zaman Belanda di Indragiri Hilir, selanjutnya Sekolah Agama ke Universitas Al-Azhar Kairo Mesir pada Tahun 1937, Pendidikan Beliau dipercayai sebagai Bendahara Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia - Malaya, Kairo Mesir.
Selesai Pendidikan di Mesir, Beliau kembali ke Tanah Air dan berjuang melawan penjajahan Belanda di Indragiri, pernah menjadi Wakil Ketua Komando pangkalan Gerilya IV Tembilahan, selanjutnya Ketua Dewan Pertahanan Daerah Indragiri Hilir Ketua Komite Nasional Indonesia Inhil.

TENGKU SULUNG
Tengku Sulung diperkirakan lahir di Lingga, Kepulauan Riau. Sejak Kecil, Sulung dididik dengan ajaran Islam yang ketat. Pemahamannya tentang Agama Islam membuatnya tidak suka dengan Belanda. Bahkan Dia tidak mau bekerjasama dengan Belanda dalam bentuk apapun.
Pada masa ramaja, Tengku Sulung pernah pergi ke Kalimantan dan dilatih mengarungi laut. Bahkan di Kruang Kalimantan, dia pernah tertembak sehingga mengenai bagian mukannya yang membekas sampai masa tuanya. Tengku Sulung bersama seorang sahabatnya, Encik Montel menjadi pemimpin bajak laut yang tersohor dan menetap di Kalimantan. Setelah tertangkap dan kemudian diberikan pengampunan oleh Komisaris Du Bus De Giusignies Tengku Sulung diperkenankan tinggal di sepanjang Sungai Reteh dengan syarat yang diajukan bahwa ia harus melepaskan pekerjaan membajak. Hal ini memang ditaatinya sungguh-sungguh.

 H. SUNTUNG ARDI
 
       H. HASAN

 H. SIDIK

H. SAMSI

MOEHAROM 

UMAR HASAN

H. MUHDI

ABD MANAF
  
MAT MOEDJI

MARYOTO

KADIMIN

ARPANDIE

ZAINAL ARIFIN

KARNOSO

DULSAID

HUSIN BASRI

A. BOECHRI 
  
MUCHALIM

TIGA NAMA PAHLAWAN TAK DIKENAL LAINYA.











Share this: